Jakarta, (variabanten.com)-Saya berharap pertarungan di pilpres 2024 adalah pertarungan ide dan gagasan, bukan pertarungan money politic, intervensi kekuasaan, penggunaan alat negara dan alat kekuasaan, penyebaran berita hoax dan saling kriminalisasi melalui lembaga penegak hukum.

Sebab jika bukan pertarungan ide dan gagasan yang menjadi senjata untuk bertarung, maka ini akan tambah merusak demokrasi kita, apapun alasannya itu tidak baik bagi demokrasi kita. Jangan di publik kita bicara lain tapi dilapangan kita buat yang lain.

Bahkan tidak hanya untuk politik lima tahunan tapi akan menjadi satu pendidikan politik yang sangat buruk bagi generasi muda, masyarakat, bangsa dan negara. Akan membudaya ditengah-tengah bangsa kita dan itu sulit untuk dihilangkan dari ingatan bangsa kita serta akan ditiru oleh generasi kita secara terus menerus.

Proses penentuan paslon dipenuhi dengan trik intrik politik yang luar biasa dan sangat memperhatikan. Bukan hanya elite partai yang bermanuver, tapi juga pejabat eksekutif dan yudikatif terlibat, bahkan sampai mengubah peraturan perundang-undangan. Pengabulan gugatan terkait batas minimal usia calon presiden/ wakil presiden dan penolakan gugatan batas usia maksimal calon presiden 70 tahun sebagai contoh sebagai upaya demokrasi kita pelan-pelan dihancurkan demi mendapat kekuasaan.

Rusaknya demokrasi ditandai dengan “mengandalkan usia, mengabaikan kaderisasi”.
Maju dalam perhelatan Pilpres di usia 36 tahun, salah satu cawapres tercatat sebagai cawapres termuda dalam sejarah pemilu Indonesia. Kemudian mendahulukan kepentingan politik dan mengorbankan demokrasi kita, inilah satu fenomena yang kita hadapi bersama. VB-Putra Trisna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © Varia Banten. All rights reserved. | Best view on Mobile Browser | ChromeNews by AF themes.