BOGOR, (variabanten.com)-Kasus SMAN 1 Mempawah yang gagal menginput data siswa ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 benar-benar mencoreng dunia pendidikan. Bayangkan, 113 siswa yang sudah belajar keras selama lima semester tiba-tiba kehilangan kesempatan masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) hanya karena kesalahan administratif sekolah. Ini bukan hanya soal kelalaian, tapi juga bukti lemahnya manajemen sekolah dalam mengurus hal-hal penting bagi masa depan siswa.
Pengisian PDSS sebenarnya sudah dijadwalkan dari tanggal 9 hingga 31 Januari 2025. Jadi, bukan karena kurang waktu, tapi murni karena kurangnya kesadaran dan tanggung jawab dari pihak sekolah. Yang lebih mengecewakan, Dinas Pendidikan Kalimantan Barat sudah berkali-kali mengingatkan batas waktu pengisian data, tapi tetap saja sekolah gagal menyelesaikannya tepat waktu. Apakah ini tanda buruknya komunikasi antara sekolah dan dinas pendidikan? Atau memang ada sikap tidak peduli dari pihak sekolah?
Permintaan maaf dari kepala sekolah tentu tidak cukup. Siapa yang akan mengganti hak para siswa yang sudah dirugikan? Bagaimana dengan mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu, yang mengandalkan SNBP untuk bisa kuliah tanpa harus bersaing lewat jalur tes? Kelalaian ini bukan hanya tentang kesalahan teknis, tapi juga menyangkut harapan dan masa depan ratusan siswa.
Untuk menghindari kasus seperti ini terulang, perlu ada perubahan besar dalam system administrasi sekolah. Pengawasan harus lebih ketat, staf sekolah harus lebih terlatih dalam urusan manajemen, dan sanksi tegas harus dterapkan bagi yang lalai. Sekolah bukan hanya tempat belajar bagi siswa, tapi juga harus menjadi contoh dalam hal tanggung jawab dan profesionalisme. Jangan sampai masa depan siswa dikorbankan hanya karena kelalaian pihak sekolah yang seharusnya menjadi pembimbing mereka. VB-PT