TANGERANG, (variabanten.com) – Pancasila adalah fondasi ideologis yang dibangun dengan susah payah oleh para pendiri bangsa. Ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan cerminan jati diri bangsa Indonesia yang beragam. Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan globalisasi, perkembangan teknologi, serta perubahan sosial budaya telah menggerus penghayatan masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila. Lunturnya nilai tersebut tidak hanya berimbas pada kehidupan individu, tetapi juga berdampak besar pada stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Faktor-Faktor Penyebab Pelunturan Nilai Pancasila
Globalisasi dan Modernisasi
Masuknya budaya asing yang tidak disaring dengan bijaksana membuat sebagian masyarakat Indonesia mulai kehilangan akar budayanya sendiri. Budaya individualisme, hedonisme, dan materialisme kini lebih sering mengemuka, menggantikan semangat kolektivitas dan gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Penyalahgunaan Media Sosial
Media sosial, meskipun memberikan kemudahan berkomunikasi, sering kali menjadi arena penyebaran ujaran kebencian, berita bohong (hoaks), dan polarisasi sosial. Semangat persatuan dan kesatuan, sebagaimana terkandung dalam sila ketiga, menjadi terganggu karena masyarakat mudah terpecah belah hanya karena perbedaan pandangan politik, agama, atau suku.
Krisis Keteladanan dari Pemimpin
Figur publik dan pemimpin bangsa seharusnya menjadi teladan dalam mengamalkan nilai Pancasila. Namun, kenyataannya banyak dari mereka yang terlibat dalam kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan tersebut membuat rakyat menjadi skeptis terhadap makna keadilan sosial dan kebijakan pemerintahan.
Pendidikan Karakter yang Lemah
Sistem pendidikan yang seharusnya menjadi sarana utama internalisasi nilai Pancasila masih belum optimal. Kurikulum pendidikan sering kali lebih menekankan pada aspek kognitif dan melupakan aspek afektif dan moral. Akibatnya, banyak generasi muda yang hafal bunyi Pancasila, tetapi tidak menghayati dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Dampak Lunturnya Nilai Pancasila
Meningkatnya Konflik Sosial
Hilangnya rasa persatuan dan toleransi meningkatkan risiko konflik antar kelompok masyarakat. Perselisihan berlatar belakang agama, etnis, bahkan preferensi politik menjadi lebih mudah meledak.
Merosotnya Rasa Nasionalisme
Ketika nilai Pancasila tidak lagi menjadi landasan hidup, nasionalisme perlahan memudar. Banyak masyarakat, terutama generasi muda, yang lebih bangga terhadap budaya luar daripada menjaga dan mengembangkan budaya nasional.
Melemahnya Institusi Demokrasi
Demokrasi Pancasila menekankan pada musyawarah, keadilan, dan hikmat kebijaksanaan. Tanpa nilai ini, demokrasi mudah berubah menjadi demokrasi prosedural semata, di mana suara mayoritas mengabaikan hak minoritas dan etika berpolitik kian tergerus.
Ketidakadilan Sosial
Ketimpangan ekonomi yang terus melebar menjadi bukti konkret lunturnya semangat “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Ketidakpuasan terhadap kondisi sosial-ekonomi memicu keresahan sosial yang jika dibiarkan dapat mengancam stabilitas nasional.
Upaya Menghidupkan Kembali Nilai Pancasila
Revitalisasi Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila harus lebih kontekstual, membumi, dan menyentuh kehidupan sehari-hari, bukan sekadar hafalan formal. Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila perlu diperkuat di semua jenjang.
Literasi Digital dan Etika Media Sosial
Masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk memilah informasi dan menggunakan media sosial secara bijak. Literasi digital harus mencakup juga pembentukan karakter untuk menjaga toleransi, etika berkomunikasi, dan persatuan.
Keteladanan dari Para Pemimpin
Pemimpin di semua level, baik pemerintahan, pendidikan, maupun sosial, harus mampu memberikan contoh konkret pengamalan nilai Pancasila dalam tindakan nyata, bukan hanya dalam retorika.
Gerakan Sosial Berbasis Pancasila
Perlu ada gerakan nasional yang melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila. Gerakan ini bisa diwujudkan melalui program-program nyata seperti gotong royong, bantuan sosial lintas agama, atau kampanye toleransi.
Penutup
Pancasila adalah kekuatan bangsa Indonesia yang menyatukan perbedaan menjadi kekayaan. Lunturnya nilai Pancasila bukan hanya tantangan ideologis, tetapi ancaman serius bagi eksistensi bangsa. Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak, kita akan kehilangan identitas nasional yang selama ini menjadi pondasi kokoh dalam menghadapi berbagai krisis.
VB-IR.
TANGERANG, (variabanten.com) – Pancasila adalah fondasi ideologis yang dibangun dengan susah payah oleh para pendiri bangsa. Ia bukan sekadar rangkaian kata, melainkan cerminan jati diri bangsa Indonesia yang beragam. Namun, seiring berjalannya waktu, tantangan globalisasi, perkembangan teknologi, serta perubahan sosial budaya telah menggerus penghayatan masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila. Lunturnya nilai tersebut tidak hanya berimbas pada kehidupan individu, tetapi juga berdampak besar pada stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Faktor-Faktor Penyebab Pelunturan Nilai Pancasila
Globalisasi dan Modernisasi
Masuknya budaya asing yang tidak disaring dengan bijaksana membuat sebagian masyarakat Indonesia mulai kehilangan akar budayanya sendiri. Budaya individualisme, hedonisme, dan materialisme kini lebih sering mengemuka, menggantikan semangat kolektivitas dan gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Penyalahgunaan Media Sosial
Media sosial, meskipun memberikan kemudahan berkomunikasi, sering kali menjadi arena penyebaran ujaran kebencian, berita bohong (hoaks), dan polarisasi sosial. Semangat persatuan dan kesatuan, sebagaimana terkandung dalam sila ketiga, menjadi terganggu karena masyarakat mudah terpecah belah hanya karena perbedaan pandangan politik, agama, atau suku.
Krisis Keteladanan dari Pemimpin
Figur publik dan pemimpin bangsa seharusnya menjadi teladan dalam mengamalkan nilai Pancasila. Namun, kenyataannya banyak dari mereka yang terlibat dalam kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ketidakadilan dan penyalahgunaan kekuasaan tersebut membuat rakyat menjadi skeptis terhadap makna keadilan sosial dan kebijakan pemerintahan.
Pendidikan Karakter yang Lemah
Sistem pendidikan yang seharusnya menjadi sarana utama internalisasi nilai Pancasila masih belum optimal. Kurikulum pendidikan sering kali lebih menekankan pada aspek kognitif dan melupakan aspek afektif dan moral. Akibatnya, banyak generasi muda yang hafal bunyi Pancasila, tetapi tidak menghayati dan menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Dampak Lunturnya Nilai Pancasila
Meningkatnya Konflik Sosial
Hilangnya rasa persatuan dan toleransi meningkatkan risiko konflik antar kelompok masyarakat. Perselisihan berlatar belakang agama, etnis, bahkan preferensi politik menjadi lebih mudah meledak.
Merosotnya Rasa Nasionalisme
Ketika nilai Pancasila tidak lagi menjadi landasan hidup, nasionalisme perlahan memudar. Banyak masyarakat, terutama generasi muda, yang lebih bangga terhadap budaya luar daripada menjaga dan mengembangkan budaya nasional.
Melemahnya Institusi Demokrasi
Demokrasi Pancasila menekankan pada musyawarah, keadilan, dan hikmat kebijaksanaan. Tanpa nilai ini, demokrasi mudah berubah menjadi demokrasi prosedural semata, di mana suara mayoritas mengabaikan hak minoritas dan etika berpolitik kian tergerus.
Ketidakadilan Sosial
Ketimpangan ekonomi yang terus melebar menjadi bukti konkret lunturnya semangat “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Ketidakpuasan terhadap kondisi sosial-ekonomi memicu keresahan sosial yang jika dibiarkan dapat mengancam stabilitas nasional.
Upaya Menghidupkan Kembali Nilai Pancasila
Revitalisasi Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila harus lebih kontekstual, membumi, dan menyentuh kehidupan sehari-hari, bukan sekadar hafalan formal. Pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Pancasila perlu diperkuat di semua jenjang.
Literasi Digital dan Etika Media Sosial
Masyarakat perlu dibekali kemampuan untuk memilah informasi dan menggunakan media sosial secara bijak. Literasi digital harus mencakup juga pembentukan karakter untuk menjaga toleransi, etika berkomunikasi, dan persatuan.
Keteladanan dari Para Pemimpin
Pemimpin di semua level, baik pemerintahan, pendidikan, maupun sosial, harus mampu memberikan contoh konkret pengamalan nilai Pancasila dalam tindakan nyata, bukan hanya dalam retorika.
Gerakan Sosial Berbasis Pancasila
Perlu ada gerakan nasional yang melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila. Gerakan ini bisa diwujudkan melalui program-program nyata seperti gotong royong, bantuan sosial lintas agama, atau kampanye toleransi.
Penutup
Pancasila adalah kekuatan bangsa Indonesia yang menyatukan perbedaan menjadi kekayaan. Lunturnya nilai Pancasila bukan hanya tantangan ideologis, tetapi ancaman serius bagi eksistensi bangsa. Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak, kita akan kehilangan identitas nasional yang selama ini menjadi pondasi kokoh dalam menghadapi berbagai krisis.
VB-IR.